Assalamualaikum!
Maaf, udah lama nggak posting. Tapi
dimaafkan kan? Cuma beberapa hari nggak posting kok rasanya kayak berbulan
bulan ya hmmm *EMANG*
Postingan kali ini special,
karena yang menulis bukan saya, tapi Ditra-adik tingkat semasa kuliah To be specific, ini adalah
catatan perjalanan dia selama umroh di tanah suci Mekah :)
Dulu, sebelum kenal klinik tong
fang *halah* terus terang saya agak-agak ilfil sama Arab, terutama orangnya *no offense*. Ya gimana nggak, TKI kita
sering banget disiksa disana, padahal majikannya muslim juga, di negara Islam
lagi.
Karakter orang Arab yang suka
seenaknya sendiri, rasis, nggak mandiri, arogan digambarkan dengan cukup jelas
di buku karangan Vabyo dan Tasaro GK. Saya kaget dong, karena stereotype yang berkembang di Indonesia adalah: Arab = pasti soleh.
FYI, budaya mereka juga beda
jauh. Contoh kecil aja, di Indonesia semua orang terbiasa berkelakuan bak
pramugari pesawat garuda. Murah senyum plus kata-katanya sopan santun ramah
tamah gemah ripah loh jinawi. Sudah jadi hal umum orang yang belum dikenal
saling menyapa di jalan, padahal mereka beda gender.
Kalo di Arab, senyuman manis dan
kata-kata lembut seorang wanita kepada laki-laki (atau sebaliknya) adalah
sinyal untuk melakukan ‘hal itu’. Pantes TKW sering disiksa, batin saya.
Sebagai perbandingan, TKI yang
kerja di negara non muslim seperti hong kong lebih diperlakukan manusiawi.
Istimewa malah. Katanya, TKI yang kerja disono nggak dianggap babu kayak di
arab, tapi lebih sebagai asisten. Jadi, majikan sama pembantu makan di meja
makan yang sama, bebas melaksanakan ibadah, ada hari libur, dikasih pesangon,
dll. Tapi, tergantung majikannya juga sih.
Nah, that’s why Mekah dan Madinah malah ada di bottom list travelling
saya, Astaghfirullah.
Tapi itu sebelum membaca notes ini :)
Sejak baca Holly Land series nya Ditra, saya pikir-pikir dulu sebelum ngasih stereotype ke orang . Kenapa? karena stereotype itu pedih, jendral. Misal orang Amerika hedonis, orang Korea suka oplas, orang Inggris pinter Bahasa Inggris *menurut lo?* Setiap negara punya orang baik, meskipun stok yang bar bar juga ada. Sama seperti stereotype Indonesia yang katanya negara sarang teroris [yang teroris siapa yang nuduh siapa--] padahal kita yang hidup disini adem ayem tentrem tuh. Dan seingat saya, orang-orang disini nggak pada bawa bedil pas hang out ke mall.
Back to the notes. Notesnya nggak berat, cara
nulisnya asik dan super informative. Enjoy!
***
Saat itu,
puncak musim panas di Saudi. Suhu udara bisa mencapai 40 derajat celcius,
dengan angin panas yang kering kerontang. Cuaca semacam itu adalah surga bagi
orang yang hobi mencuci. Tidak usah diperas terlalu keras, tinggal
angin-anginkan saja baju yang sudah dicuci. Tinggalkan jemuran untuk sholat di
masjid. Nanti sepulang dari masjid, baju itu akan sudah kering seperti kerupuk.
Mungkin kau
akan terheran-heran, di cuaca sepanas itu, bisa-bisanya berbaju serba hitam dan
tertutup? Inilah hebatnya syari’at. Ajaibnya, makin tertutup, makin sejuk.
Perlu diketahui bahwa hawa panas Saudi tidak akan berkurang hanya dengan
memakai payung, karena yang panas adalah ANGIN-nya. Angin akan menyengat kulit
dari samping. Cara untuk menangkal panas adalah dengan menutup wajah dan
seluruh tubuh. Terkadang saat cuaca sangat terik, beberapa orang (termasuk
saya) akan menuju keran air zam-zam, lalu menyiramkan air ke seluruh
pakaiannya. Tak perlu khawatir masuk angin karena baju akan kering dalam
perjalanan menuju penginapan. Masa bodoh pula kulit akan gosong.
Di tengah
semua itu, tak ada yang lebih eksotis daripada ketika adzan berkumandang di
tanah suci. Semua orang bergegas menuju masjid al haram (Makkah) atau masjid
nabawi (Madinah). Bagi semua penduduk, adzan adalah bel yang menyerukan “Waktu
sholat tiba, stop semua kegiatan!”
Pernah di suatu hari yang terik, aku kehausan. Aku berlari ke truk kecil terdekat yang menjual air soda. Beberapa langkah lagi aku sampai di truk tersebut, namun bersamaan dengan itu adzan ashar berkumandang. Sang pemilik truk langsung menutup kaca loketnya, meninggalkan aku yang melongo kehausan. Seorang imigran di depanku yang juga ingin membeli minuman mencoba membujuk si penjual dengan mengibar-ngibarkan lembaran uang, tetapi Si Penjual tak tergoda sama sekali. Lembaran uang dunia fana tampaknya tak ada harganya dibandingkan panggilan Robb semesta alam.
Serentak
semua aktivitas dihentikan. Para penduduk menyemut keluar dari kediaman
masing-masing menuju masjid. Toko dan bank ditutup dengan tangan sang bos
sendiri. Para pedagang menutup dagangannya dengan kain putih. Para polisi turun
dari motornya lalu mengeluarkan sajadah dari bagasi. Para pekerja konstruksi
bangunan di sekitar masjid al haram menghentikan kegiatannya, dan berdiri
berjajar di sela-sela pondasi gedung. Semua mobil langsung menepi, para
pengemudinya keluar untuk berbaris membentuk shof di trotoar. Mobil-mobil
berharga ratusan juta bergelimpangan di jalan. Mesin-mesin dihentikan.
Mall-mall kosong. Emperan toko penuh dengan manusia yang hendak bermakmum
dengan Imam Masjid al Haram. Seluruh penjuru kota membentuk shof tak terputus,
bersiap mengikuti satu komando dari Sang Imam. Mendadak kota itu seakan menjadi
kota mati.
Namun secuil
orang masih harus terus melakukan aktivitasnya. Yang pertama adalah para jamaah
haji atau umroh. Mereka yang sedang melaksanakan prosesi sa’i akan terus
berlari sampai iqamah dikumandangkan. Yang kedua adalah para petugas masjid.
Biar
kuceritakan tentang para petugas yang mengagumkan ini. Mereka adalah petugas
kebersihan, petugas razia barang bawaan, dan bapak-bapak polisi patroli
keamanan di kompleks masjid (atau yang sering kusebut Inspektur Vijay). Para
inspektur Vijay biasanya bertugas menghalau orang-orang yang hendak berbuat
aneh-aneh di sekitar makam Nabi, misalnya yang ngalap berkah.
Petugas ketertiban di Nisa’ section adalah para mbak-mbak bercadar hitam-hitam. Sekilas tak bisa dibedakan dengan jama’ah lain, namun mereka memakai semacam ID Card. Pertama aku agak takut kepada mereka, soalnya mereka cadas bener (selanjutnya kusebut mereka Mbak Cadas)
Mereka terkesan garang dan tak mengenal rasa iba. Biasanya mereka akan berdiri di atas kursi, lalu berteriak lantang untuk mengatur barisan shoff, “Yaa Ibu! Yaa Hajj! Maju, maju! Shollu, shollu!” Akhirnya saya paham, memang mereka harus galak, karena banyak sekali suku bangsa yang memang ngeyel, harus digertak baru mau menurut. Mbak-mbak Cadas ini bertugas memeriksa barang bawaan jama’ah di pintu masuk masjid, dan mereka teliti sekali. Beberapa barang yang disita biasanya:
1. Kamera.
FYI, di Masjid Nabawi dan Haram, dilarang memotret. Tapi kalo bawa HP kamera
sih masih boleh. Tapi hati-hati, saat ada yang ketahuan memotret, tanpa ampun,
kameranya akan disita (bahkan ada yang sampai dikejar-kejar saat mencoba
melarikan diri!).
2. Botol
minum yang kegedean. Di Masjid Nabawi banyak tersedia dispenser berisi air
zamzam. Banyak orang yang lalu seenaknya membawa botol kosong besar untuk diisi
air zamzam, terutama orang-orang dari suku bangsa tertentu (alhamdulillaah
bukan Indonesia). Ingat bahwa Madinah berjarak sekitar 500 km dari Makkah,
sehingga bukan hal mudah mendatangkan air zamzam ke Masjid Nabawi. Jangan egois
woy, kasihan yang lain. Kalo cuma seukuran 200 ml sih masih boleh masuk. Botol
mulai ukuran 600 ml biasanya langsung dilempar sama mbak-mbak petugas.
Seringkali malah ada yang membawa galon kosong 5 literan (ckckck… ini ngrampok
namanya!). Tanpa ampun, itu gallon langsung dilempar sama mbak-mbak petugas
(dan saya pun bersorak girang sekali melihatnya! :D)
3. Kosmetik.
Ya iya lah, kan kita tujuannya ke masjid mau ibadah, ngapain juga bawa
kosmetik?
4. Makanan.
Soalnya ngotor-ngotorin.
Selain petugas razia, ada lagi petugas kebersihan (di seksi ini banyak orang Indonesianya). Mereka telaten sekali membersihkan masjid sampai detik-detik terakhir menjelang iqamah. Mereka juga bersabar menunggu kita selesai minum dari dispenser. Ada cipratan air sedikit saja, mereka akan langsung mengepelnya. Mereka rutin mengganti gelas kotor dengan gelas plastic baru, yang memang didesain untuk sekali pakai. Jika ada yang salah menaruh gelas kotor ke tempat gelas bersih, mereka akan langsung membuangnya. Mereka juga berkeliling di antara shoff-shoff untuk mengumpulkan sampah.
Tampak dari
wajah mereka, bahwa semua ini lebih dari sekedar tuntutan profesi. Ini adalah
bentuk pengabdian pada Allaah ta'ala. Mereka pun bisa setiap saat sholat di
masjid yang setiap sholatnya diganjar 1000 (untuk masjid Nabawi) dan 100.000
kali lipat (untuk masjid al haram) dari tempat lain di muka bumi ini.
Nah, iqomah
berkumandang. Para petugas kebersihan serentak berhenti. Seakan telah
dikomando, mereka meletakkan pel dan kantung sampah ke tempat terdekat, dengan
cepat merapikan diri secukupnya, dan menempatkan diri di antara jama’ah.
Sementara petugas kebersihan sudah berhenti, mbak-mbak cadas mulai mengulur roll untuk menandai jalan bebas hambatan. “Hadza thariq! Di sini haram, di sana halal!” Intinya adalah, “Jangan sholat di jalan masuk. Kasian yang mau lewat.” Imam telah selesai membaca Al-Fatihah, tetapi mereka masih terus bertugas sampai shoff rapi. Salut saya, mereka adalah orang-orang yang rela sholat masbuk demi memastikan semua tertib terlebih dahulu. Setelah itu, mereka bergegas menempati shoff yang kosong untuk sholat.
Bersamaan dengan itu, suasana pun tenang. Semua wajah tertunduk di hadapan kiblat umat Muslim sedunia. Masya’Allaah. Tiada yang lebih indah dari itu.
Seorang wanita sholat di dekat barang dagangannya. Masih menyatu dg makmum masjidil haram |
perhatikan trotoar di depan gedung. sepanjang jalan ini isinya orang sholat semua |
|
nantikan seri ke dua nya: Pudarnya Pesona Kyu Hyun [Holly Land Series] ;)
notes by: Ditra Masyitah
ye akhirnya tiwi keluar dari goa setelah berabat-abat hibernasi :)
ReplyDelete@ Anggi
ReplyDeletehehe iya. alhamdulillah banyak mood booster hari ini :)
subhanallah hebat, kapan Indonesia bisa kayak gitu, ya. haha! :))
ReplyDeletewah keren ya. coba di Indonesia kayak gt pas adzan langsung pada solat. hehehe
ReplyDeleteWih keren , ada adzan langsung pada sholat,
ReplyDelete(Y)
@Nonasan, iya subhanallah ... semoga Indonesia segera mengikuti :)
ReplyDelete@Irvina, semoga suatu saat Indonesia bisa ketularan keren dengan mengutamakan sholat sebelum yang lain 8)
@@sima, iya hihi
bacanya entar,,mau komen dulu..akhirnya,,,,
ReplyDeletefrom: Seenan, your lovely admirer from planet of nothing
Saya sangat suka dengan tulisan" di kotak mimpi ini ..
ReplyDeleteklo ada waktu jalan" dong ke FOTOSINTESISS LOVE punyaku ..
saya sangat senang jika kamu bisa mampir ..
munal aidin walfaidzin maaf lahir batin , :)
@seenan
ReplyDeletemakasih seenan atau siapalah. tapi dari jauh pun bau2an timbuktu tercium jelas dari komen anda. gotcha. oh ya, KEENAN nggak boleh diubah jadi SEENAN no matter what TT^TT
@Rhyfhad, anytime bro. maaf lahir batin juga ya
nitip link ya sobat, arab negrinya orang yg taat dan patuh
ReplyDelete@TABUH GONG
ReplyDeleteyuuk. indeed :) Indonesia juga kok
wawwwwww
ReplyDeletenulis lagi dong dear :)
ReplyDeletesalam kenal dari Pontianak
InsyaAllah mbak Honey
ReplyDeletehehe
thanks for your appreciation ^^ salam kenal balik